Jumat, 06 Juli 2018

Penyakit pada Ternak

ANTHRAKS

Sinonim: Splenic fever, charbon, milztbrand, radang limpa, wool sorter’s disease

A. PENDAHULUAN

Anthraks adalah penyakit menular yang biasanya bersifat akut atau perakut pada berbagai jenis ternak (pemamah biak, kuda, babi dan sebagainya), yang disertai dengan demam tinggi dan disebabkan oleh Bacillus anthracis. Biasanya ditandai dengan perubahan-perubahan jaringan bersifat septisemia, timbulnya infiltrasi serohemoragi pada jaringan subkutan dan subserosa, disertai dengan pembengkakan akut limpa. Berbagai jenis hewan liar (rusa, kelinci, babi hutan dan sebagainya) dapat pula terserang.
Di Indonesia Anthraks menyebabkan banyak kematian pada ternak, kehilangan tenaga kerja di sawah dan tenaga tarik, serta kehilangan daging dan kulit karena ternak tidak boleh dipotong. Kerugian ditaksir sebesar dua milyar rupiah pertahun (1980).

B. ETIOLOGI

Penyebab anthraks adalah Bacillus anthracis. Bacillus anthracis berbentuk batang lurus, dengan ujung-ujung siku-siku. Dalam biakan membentuk rantai panjang. Dalam jaringan tubuh tidak pernah terlihat rantai panjang, biasanya tersusun secara tunggal atau dalam rantai pendek dari 2-6 organisme. Dalam jaringan tubuh selalu berselubung (berkapsul), kadang-kadang satu selubung melingkupi beberapa organisme. Selubung tersebut tampak jelas batas-batasnya dan dengan pewarnaan biasa tidak berwarna atau berwarna lebih pucat dari tubuhnya. Basil anthraks bersifat aerob, membentuk spora yang letaknya sentral bila cukup oksigen. Oleh karena tidak cukup terdapat oksigen, spora tidak pernah dijumpai dalam tubuh penderita atau didalam bangkai yang tidak dibuka (diseksi), baik dalam darah maupun dalam jeroan. Kuman bersifat Gram-positif, dan mudah diwarnai dengan zat-zat warna biasa.
Gambar 1. Bacillus anthracis
Pada media agar, kuman anthraks membentuk koloni yang suram, tepinya tidak teratur, yang pada pembesaran lemah menyerupai jalinan rambut bergelombang, yang sering kali disebut caput medusae. Pada media cair mula-­mula terjadi pertumbuhan di permukaan, yang kemudian turun ke dasar tabung sebagai jonjot kapas, cairannya tetap jernih.
Spora tahan terhadap kekeringan untuk jangka waktu yang lama, bahkan dalam tanah dengan kondisi tertentu dapat tahan sampai berpuluh-puluh tahun. Lain halnya dengan bentuk vegatif B.anthracis mudah mati oleh suhu pasteurisasi, desinfektan atau oleh proses pembusukan.
Pemusnahan spora B.anthracis dapat dicapai antara lain dengan : uap basah bersuhu 90° selama 45 menit, air mendidih atau uap basah bersuhu 100°C selama 10 menit, dan panas kering pada suhu 120°C selama satu jam.
Meskipun anthrak tersebar di seluruh dunia namun pada umumnya penyakit terdapat terbatas pada beberapa wilayah saja. Biasanya penyakit timbul secara enzootik pada saat tertentu saja sepanjang tahun.

C. EPIDEMIOLOGI

1. Spesies Rentan

Menurut penelitian, kerentanan hewan terhadap antraks dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai berikut:
a. Hewan-hewan pemamah biak, terutama sapi dan domba, kemudian kuda, rusa, kerbau dan pemamah biak liar lain, juga marmut dan mencit (mouse) sangat rentan.
b. Babi tidak begitu rentan.
c. Anjing, kucing, tikus (rat) dan sebagian besar bangsa burung, relatif tidak rentan tetapi dapat diinfeksi secara buatan.
d. Hewan-hewan berdarah dingin sama sekali tidak rentan (not affected).

2. Pengaruh Lingkungan

Anthraks banyak terdapat di daerah-daerah pertanian, daerah tertentu yang basah dan lembab, dan juga daerah banjir. Di daerah-daerah tersebut anthraks timbul secara enzootik hampir setiap tahun dengan derajat yang berbeda-beda. Daerah yang terserang anthraks biasanya memiliki tanah berkapur dan kaya akan bahan-bahan organik.
Di daerah iklim panas lalat pengisap darah antara lain jenis Tabanus dapat bertindak sebagai pemindah penyakit. Wabah anthraks pada umumnya ada hubungannya dengan tanah netral atau berkapur yang alkalis yang rnenjadi daerah inkubator kuman tersebut. Di daerah-daerah tersebut spora tumbuh rnenjadi bentuk vegetatif bila keadaan lingkungan serasi bagi perturnbuhannya.

3. Sifat Penyakit

Enzootik hampir setiap tahun dengan derajat yang berbeda-beda di daerah-daerah tertentu. Derajat sakit (morbidity rate) tiap 100.000 populasi hewan dalam ancaman, tiap propinsi dalam tahun 1975 menunjukan derajat yang paling tinggi di Jambi (530 tiap 100.000) dan terendah di Jawa Barat (0,1 tiap 100.000). Dari laporan itupun dapat diketahui bahwa 5 (lima) daerah mempunyai derajat sakit lebih rendah dari 5 tiap 100.000 populasi dalam ancaman dan hanya Jambi yang mempunyai angka ekstrim.

4. Cara penularan

Pada hakekatnya anthraks adalah "penyakit tanah", yang berarti bahwa penyebabnya terdapat didalam tanah, kemudian bersama makanan atau minuman masuk ke dalam tubuh hewan. Pada manusia infeksi dapat terjadi lewat kulit, mulut atau pernafasan. Anthraks tidak lazim ditularkan dari hewan yang satu kepada yang lain secara langsung.
Anthraks tidak lazim ditularkan dari hewan yang satu kepada yang lain secara langsung. Wabah anthraks pada umumnya ada hubungannya dengan tanah netral atau berkapur yang alkalis yang menjadi daerah inkubator kuman tersebut. Di daerah-daerah tersebut spora tumbuh menjadi bentuk vegetatif bila keadaan lingkungan serasi bagi pertumbuhannya, yaitu tersedianya makanan, suhu dan kelembaban tanah, serta dapat mengatasi persaingan biologik. Bila keadaan lingkungan tetap menguntungkan, kuman akan berkembang biak dan membentuk spora lebih banyak.
Basil anthraks berkerumunan di dalam jaringan-jaringan hewan penderita, yang dikeluarkan melalui sekresi dan ekskresi menjelang kematiannya. Bila penderita anthraks mati kemudian diseksi atau termakan burung-burung atau hewan pemakan bangkai, maka spora dengan cepat akan terbentuk dan mencemari tanah sekitarnya. Bila terjadi demikian maka menjadi sulit untuk memusnahkannya. Hal tersebut menjadi lebih sulit lagi, bila spora yang terbentuk itu tersebar oleh angin, air, pengolahan tanah, rumput makanan ternak dan sebagainya.
Di daerah iklim panas lalat pengisap darah antara lain jenis Tabanus dapat bertindak sebagai pemindah penyakit.
Masa tunas anthraks berkisar antar 1-3 hari, kadang-kadang ada yang sampai 14 hari. Infeksi alami terjadi melalui :
a. Saluran pencernaan
b. Saluran pernafasan dan
c. Permukaan kulit yang terluka.
Infeksi melalui saluran pencernaan lazim ditemui pada hewan-hewan dengan tertelannya spora, meskipun demikian cara infeksi yang lainpun dapat saja terjadi. Pada manusia, biasanya infeksi berasal dari hewan melalui permukaan kulit yang terluka, terutama pada manusia-manusia yang banyak berhubungan dengan hewan. Infeksi melalui pernafasan mungkin terjadi pada pekerja-pekerja penyortir bulu domba (wool-sorter's disease), sedangkan infeksi melalui saluran pencernaan terjadi pada manusia-manusia yang makan daging asal hewan penderita anthraks.

5. Faktor Predisposisi

Anthraks merupakan penyakit yang menyerang pada hewan menyusui. Faktor-faktor predisposisi terjadinya anthrak antara lain adalah hewan dalam kondisi kedinginan, kekurangan makanan, dan juga keletihan dapat mempermudah timbulnya penyakit. Hal ini terjadi terutama pada hewan-hewan yang mengandung spora yang bersifat laten.

6. Distribusi Penyakit

Di Indonesia berita tentang suatu penyakit yang sangat menyerupai anthraks pada kerbau di daerah Teluk betung dimuat dalam "Javasche Courant" tahun 1884. Kemudian berita yang lebih jelas tentang berjangkitnya Anthraks di beberapa daerah di Indonesia di beritakan oleh "Kolonial Verslag" antara tahun 1885 dan 1886. Kemudian antara tahun 1899 dan 1900 sampai 1914, tahun 1927 sampai 1928, tahun 1930 tercatat kejadian-kejadian anthraks di berbagai tempat di Jawa dan di luar Jawa.
Insidensi kasus di Indonesia menurut Bulletin Veteriner tahun 1975 di Jabar, Sultra, NTT dan NTB; tahun 1996 di Jambi, Sultra, Sulsel, NTB, NTT dan Jabar; 1977 di NTB ;1981 di DKI. Jakarta, Jabar, NTT dan NTB; 1982 di NTB, Jatim dan Sulsel; 1983 di DKI Jakarta, NTB, NTT dan Sulsel; 1986 di NTB, Jabar dan Sumbar, 1988 -1993 di NTB;1991 di Jogya, Bali dan NTB dan 1992 -1994 di NTB.
Kasus anthrak di Jawa Tengah tahun 1990 tercatat 97 kasus pada manusia di kabupaten marang dan Bojolali, sedang di Jawa Barat pada tahun 1975 -1974 tercatat 36 kasus di kabupaten Kawarang, 30 kasus di kabupaten Purwakarta, di kabupaten Bekasi 22 kasus pada tahun 1983 dan 25 kasus pada tahun 1985.
Laporan kasus anthraks pada Januari tahun 2000 yang diduga telah terjadi tiga bulan sebelumnya, menyatakan kasus terjadi pada penduduk desa Ciparungsari kecamatan Cempaka, kabupaten Purwakarta, Jabar yang menjarah burung unta. (Struthio Camelus) milik P.T. Cisada Kema Suri yang dimusnahkan karena tertular penyakit anthraks.
Laporan kasus anthraks terakhir terjadi pada tahun 2012 di Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Sragen (Jawa Tengah), Kabupaten Maros dan Kabupaten Takalar (Sulawesi Selatan), yang menyerang sapi potong dan sapi perah milik peternak.

D. PENGENALAN PENYAKIT

1. Gejala Klinis

Dikenal beberapa bentuk anthraks, yaitu bentuk perakut, akut dan kronis.
Anthraks bentuk perakut gejala penyakitnya sangat mendadak dan segera terjadi kematian karena ada pendarahan otak. Gejala tersebut berupa sesak nafas, gemetar kemudian hewan rebah. Pada beberapa kasus menunjukkan gejala kejang pada sapi, domba dan kambing, mungkin terjadi kematian tanpa menunjukkan gejala-gejala penyakit sebelumnya.
Antraks bentuk akut pada sapi, kuda dan domba. Gejala-gejala penyakitnya mula-mula demam, penderita gelisah, depresi, susah bernafas, detak jantung frekuen dan lemah, kejang, dan kemudian penderita segara mati. Selama sakit berlangsung, demamnya dapat mencapai 41,50C, ruminasi berhenti, produksi susu berkurang, pada ternak yang sedang bunting mungkin terjadi keguguran. Dari lubang-lubang alami mungkin terjadi eksreta berdarah. Gejala anthraks poda kuda dapat berupa demam, kedinginan, kolik yang berat, tidak ada nafsu makan, depresi hebat, otot-otot lemah, diare berdarah, bengkak di daerah leher, dada, perut bagian bawah, dan di bagian kelamin luar. Kematian pada kuda biasanya terjadi sehari atau lebih lama bila dibandingkan dengan anthraks pada ruminansia.
Antraks bentuk kronis biasanya terdapat pada babi, tetapi kadang-kadang terdapat juga pada sapi, kuda dan anjing dengan lesi lokal yang terbatas pada lidah dan tenggorokan. Pada satu kelompok babi yang mendapat infeksi, beberapa babi diantaranya mungkin mati karena antraks akut tanpa menunjukan gejala penyakit sebelum nya. Beberapa babi yang lain menunjukan pembengkakan yang cepat pada tenggorokan, yang pada beberapa kasus menyebabkan kematian karena lemas. Kebanyakan babi dalam kelompok itu mati karena anthraks kronis yang ringan, yang berangsur-angsur akan sembuh. Bila babi tersebut disembelih, pada kelanjar limfa servikal dan tonsil terdapat infeksi anthraks.
Pada kuda anthraks menyebabkan kolik, mungkin karena torsi intestinal atau invaginasi, dengan tidak disertai akumulasi feses dan gas. Sering juga disertai busung di daerah leher, dada, bahu, dan faring. Busung tersebut berbeda dengan pembengkakan yang disebabkan oleh purpura hemoragika, karena pembengkakannya cepat, ada rasa nyeri, ada demam tinggi dan perbedaan lokalisasinya. Gejala gelisah jarang terjadi tetapi selalu mengalami sesak nafas dan kebiruan. Penyakit tersebut biasanya berakhir 8-36 jam, atau kadang-kadang sampai 3-8 hari.
Pada sapi, gejala-gejala permulaan kurang jelas kecuali demam tinggi sampai 420C. Biasanya sapi-sapi tersebut terus digembalakan atau dikerjakan. Dalam keadaan seperti itu sapi dapat mendadak mati di kandang, di padang gembalaan atau saat sedang dikerjakan. Penyakit ini ditandai dengan gelisah waktu sedang mengunyah, menanduk benba-benda keras di sekitarnya, kemudian dapat diikuti dengan gejala­-gejala penyakit umum seperti hewan menjadi lemah, panas tubuh tidak merata, paha gemetar, rasa nyeri meliputi pinggang, perut atau seluruh tubuh. Nafsu makan hilang sama sekali, sekresi susu menurun atau terhenti, tidak ada ruminasi, dan perut nampak agak kembung. Pada puncak penyakit darah keluar melalui dubur, mulut, lubang hidung, dan urinnya bercampur darah. Pada beberapa kasus terdapat bungkul-bungkul keras berisi cairan jernih atau nanah, pada mukosa mulut terdapat bercak­-bercak, lidah bengkak dan kebiruan, serta nampak lidah keluar dari mulut. Kadang-­kadang terdapat anthraks pharyngeal primer.
Gejala-gejala umum antraks berupa pembengkakan di daerah leher, dada, sisi lambung, pinggang, dan alat kelamin luar. Pembengkakan tersebut berkembang cepat dan meluas, bila diraba panas konsistensinya lembek atau keras, sedang kulit di daerah tersebut normal atau terdapat luka yang mengeluarkan eksudat cair yang berwarna kuning muda. Pembengkakan pada leher sering melanjut menyebabkan paryngitis dan busung glottis, menyebabkan sesak nafas yang memberatkan penyakit. Pada selaput lendir rektum terdapat pembengkakan berupa bungkul-bungkul. Pembengkakan serupa itu juga dapat terjadi karena infeksi pada waktu eksplorasi rektal atau pengosongan isi usus.
Gambar 2. Anthraks pada hewan
(Sumber: Wahyuni 2008)
Pada beberapa kasus terjadi buang air sukar dan nyeri, feses bercampur darah, yang berwarna merah hitam dan jaringan nekrotik yang mengelupas. Kadang-kadang terdapat penyembulan rektum. Daerah perineum bengkak. Selaput lendir panas. Pada selaput lendir vagina sering terdapat busung gelatin.
Pada domba dan kambing, biasanya bentuk perakut dengan perubahan­perubahan apopleksi serebral, hewan-hewan yang terserang tiba-tiba pusing, nampak berputar-putar, gigi gemeretak dan mati hanya beberapa menit setelah darah keluar dari lubang-lubang alami tubuh. Pada kasus yang kurang cepat, penyakit tersebut hanya berlangsung beberapa jam, dengan tanda-tanda seperti gelisah, berputar-putar, respirasi berat dan cepat, jantung berdebar-berdebar, feses dan urinnya berdarah, ludah keluar dari mulut dan terjadi konvulsi. Busung dan enteritis jarang ditemukan.
Pada babi, gejala penyakitnya berupa demam dan pharyngitis dengan kebengkakan pada daerah subparotidea dan larynx yang berlangsung dengan cepat (anthraks angina). Pembengkakan tersebut dapat meluas dari leher sampai ke dahi muka dan dada, menyebabkan kesulitan makan dan bernafas. Selaput lendir kebiruan, pada kulit terdapat noda-noda merah, mencret, disfagia muntah dan sesak nafas menyebabkan hewan mati lemas.
Pada kasus tanpa pembengkakan leher, gejala penyakitnya mungkin hanya berupa lemah, tidak ada nafsu makan dan menyendiri. Pada antraks lokal atau kronis hewan sering nampak normal.
Pada anjing dan pemakan daging (carnivora) lainnya, gejala penyakitnya berupa gastroenteritis dan faryngitis, tetapi kadang-kadang hanya demam. Setelah makan daging yang mengandung kuman anthraks, bibir dan lidah menjadi bengkak, atau timbul bungkul-bungkul pada rahang atas. Kadang-kadang dapat terjadi infeksi umum melalui erosi pada mukosa kerongkongan.
Pada manusia, sering ditemukan bentuk (kutan). Karena serangannya bersifat lokal, dapat juga disebut antraks lokal. Pada luka tersebut terjadi rasa nyeri, yang diikuti dengan pembentukan bungkul merah pucat (karbongkel) yang berkembang menjadi kehi man dengan cairan bening berwarna merah. Bila pecah akan meniggalkan jaringan nekrotik. Bungkul berikutnya muncul berdekatan. Jaringan sekitar nya tegang, bengkak dengan wama merah tua pada kulit sekitarnya. Bila dalam waktu bersamaan gejala demam muncul, infeksi menjadi umum (generalis) dan fasien mati karena septisemi.
Gambar 3. Anthrak kulit pada manusia
Anthraks bentuk kutan (kulit) ditandai dengan adanya pembengkakan di berbagai tempat di bagian tubuh. Biasanya pada sapi dan kuda yang terdapat luka atau lecet di daerah kulit yang kemudian tercemar oleh kuman anthraks, maka hewan tersebut akan terinfeksi anthraks.
Manifestasi gambaran klinis anthraks sebagaimana tersebut di atas ada kalanya berbeda-beda tergantung pada perluasan penyakit dan jenis hewan yang terkena.
Anthraks kulit primer maupun sekunder jarang terdapat. Penyakit ini biasanya berakhir setelah 10-36 jam, kadang-kadang sampai 2-5 hari. Anthraks kronis dapat pula terjadi pada sapi yang berlangsung selama 2-3 bulan. Hewan­-hewan yang menderita penyakit akan menjadi kurus dengan cepat.
Anthrakx bentuk usus (intestinal) sering disertai haemoragik, kenyerian yang sangat didaerah perut (kolik), muntah-muhtah, kaku dan berakhir dengan kolaps dan kematian.
Anthrakx bentuk pernafasan, terjadi pleuritis dan broncho pneumonia. Bentuk gabungan juga bisa terjadi. Setelah infeksi usus, kemudian muncul kebengkakan bersifat busung di bagian tubuh yang lain.

1. Patologi

Bangkai hewan yang mati karena anthraks dilarang keras untuk diseksi. Bangkai tersebut cepat membusuk karena sepsis, dan terlihat sangat menggembung. Kekakuan bangkai (rigor mortis) biasanya tidak ada atau tidak sempurna. Darah yang berwarna hitam seperti ter mungkin keluar dari lubang alami seperti hidung, mulut, telinga, anus atau dubur nampak bengkak, dan bangkai cepat membusuk. Mukosa warna kebiruan, sering terdapat penyembulan rektum yang disertai pendarahan.

2. Diagnosa

a. Pemeriksaan mikroskopik langsung.
Pemeriksaan mikroskopik sediaan ulas darah perifer adalah cara yang sederhana dan tepat, bilamana hewan masih dalam keadan sakit atau baru saja mati, selama belum terjadi pembusukan. Kumannya berbentuk batang besar, Gram positif, biasanya tersusun tunggal, berpasangan atau berantai pendek. Tidak terdapat spora. Dengan pewarnaan yang baik dapat dilihat adanya selubung (kapsul)
Jika telah mulai adanya pembusukan maka dari pemeriksaan mikroskopik sediaan ulas darah perifer, agak sulit untuk membuat diagnosa yang tepat. Sejumlah kuman pembusuk memiliki bentuk yang mirip dengan antraks (kuman antrakoid). Biasanya kuman-kuman pembusuk itu agak panjang dan tersusun dalam rantai yang lebih panjang.
b. Pemeriksaan dengan pemupukan.
Bahan mengandung antraks berupa darah atau jaringan lain yang berasal dari hewan sakit atau baru saja mati, dengan mudah dapat dipupuk pada media buatan.
Jika bahan sampel berasal dari jaringan yang telah busuk, maka akan timbul berbagai kesulitan karena (a) kuman anthraks mudah mati oleh pembusukan, (b) kuman-kuman anthrakoid akan ikut nampak dan tumbuh dengan baik. Sifat-sifat Bacillus anthracis dapat dilihat seperti yang telah diterangkan sebelumnya.
c. Pemeriksaan biologis
Hewan percobaan yang terbaik adalah marmut. Meskipun mencit cukup baik, tetapi mencit sangat rentan terhadap kontaminan lain. Setelah disuntik secara subkutan, marmut biasanya mati dalam waktu 36-48 jam, paling lama pada hari kelima. Jaringan marmut tersebut penuh dengan kuman antraks dan dibawah kulit tempat suntikan terjadi infiltrasi gelatin.
Penyuntikan hewan percobaan adalah cara yang paling tepat untuk membedakan kuman antraks dari kuman anthrakoid.
d. Pemeriksaan serologi
Pemeriksaan serologis dapat dilakukan dengan Uji Ascoli dan Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
Uji Ascoli
Uji termopresitipasi Ascoli sangat berguna untuk menentukan jaringan tercemar antraks. Untuk uji Ascoli diperlukan serum presipitasi bertiter tinggi. Jaringan tersangka di-ekstrasi dengan air dengan cara perebusan, atau dengan penambahan kloroform. Cairan jernih yang diperoleh mengandung protein antraks, jika jaringan tersebut mengandung kuman antraks. Cairan tersebutdisebut presipitinogen yang ditemukan secara perlahan-lahan dengan serum presipitasi (presipitin) dalam tabung sempit. Reaksi positif akan ditandai dengan terbentuknya cincin putih pada batas pertemuan antara kedua cairan tersebut.

3. Diagnosa Banding

Anthraks harus dibedakan dari kematian yang mendadak akibat sebab lain. Pada sapi dan babi, terutama sekali oleh pasteurellosis yang diserta gambaran pembengkakan pada leher. Pada sapi dan domba infeksi dengan Clostridia dapat menyebabkan kematian mendadak. Pada sapi perlu diperhatikan pula penyakit-penyakit Ieptospirosis akut, anaplasmosis, bacillary, hemoglobinuria, dan keracunan-keracunan oleh tanaman, timah atau fosfor yang akut. Pada kuda, anemia infectiosa yang akut, purpura hemorrhagica, macam-macam kolik, keracunan timah, dan sun stroke, mempunyai gejala-gejala serupa dengan anthraks. Pada babi, hog cholera akut, malignant oedema bentuk phyaryngeal mempunyai gejala-gejala serupa dengan anthraks.
Pada sapi dan kerbau dapat dikacaukan dengan keracunan, radang otak, penyakit pencernaan bentuk jahat AE, SE, Surra, Piroplasmosis akut, Rinderpest, dan penyakit jembrana. Pada kuda dapat dikacaukan dengan Surra, terutama jika dilihat dari timbulnya busung.

4. Pengambilan dan Pengiriman Spesimen

Larangan pembukaan bangkai atau seksi terhadap hewan yang mati tersangka anthraks dengan dasar:
  • Untuk tidak memberi peluang terbentuknya spora kuman anthraks yang mungkin menyulitkan pemberantasan penyakit.
  • Amat berbahaya bagi manusia yang melakukan seksi dan pembantu­-pembantunya.
Untuk itu bahan pemeriksaan yang perlu dikirimkan ke laboratorium diagnostik adalah sebagai berikut:
Hewan pemanah biak :
  • Sediaan apus darah diambil dari pembuluh darah tepi (vena pada telinga, pada metakarpal, atau metatarsal). Dibuat tipis-tipis dan lebih dari satu kemudian' dilakukan fiksasi sebagaimana biasa.
  • Olesan darah tepi dari hewan yang sama pada kapas bergagang (cotton swab), sepotong kapur tulis, atau sepotong kertas saring yang kemudian dimasukan ke dalam tabung reaksi. Alat pengambilan bahan harus dalam keadaan steril sebelum di pakai dan pengambilan hendaknya seaseptik mungkin.
Bahan pemeriksaan tersebut harus ditaruh dalam wadah yang kuat dan tertutup rapat untuk mencegah kemungkinan pencemaran dalam perjalanan.
Pada babi, kuda hewan lainnya
  • Sediaan apus dari jaringan tubuh dengan lesi yang jelas (dari kelenjar limfa submaxillaris dan daerah kebengkakan)
  • Sediaan apus darah dari pembuluh darah tepi (dari kuda dan babi tidak dapat diharapkan ditemuinya B.anthracis dalam sediaan ulas darah).
  • Khusus untuk babi jika perlu bisa dikirimkan kelenjar limfa cervicalis yang diawetkan dalam asam borax (4%).
Bagi anthraks bentuk kutan dapat dikirimkan :
  • Sediaan apus dari luka yang bersangkutan.
  • Olesan pada luka yang sama memakai kapas bergagang atau yang lainnya (seperti yang telah dijejaskan sebelumnya).
Bila pengiriman bahan-bahan tersebut diatas memungkinkan maka pengiriman bahan berupa sisa-sisa bagian tubuh hewan yang masih ditemukan tanpa bahan pengawet apapun masih dapat dianjurkan, antara lain sepotong kulit, tulang, daging kering dan dendeng. Bahan-bahan tersebut dimaksudkan untuk pemeriksaan serologi.
Bahan-bahan pemeriksaan tersebut diatas dikirimkan ke laboratorium terdekat (kecuali ada ketentuan khusus) disertai surat pengantar berisi informasi selengkap mungkin, yang tembusannya antara lain dikirim kepada Kepala Dinas Peternakan atau yang berwenang setempat, dan direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

E. PENGENDALIAN

1. Pengobatan

Pengobatan pada hewan sakit diberikan suntikan anti serum dengan dosis kuratif 100-150 ml untuk hewan besar dan 50-100 ml untuk hewan kecil. Penyuntikan antiserum homolog adalah IV atau SC, sedang yang heterolog SC. Jika perlu penyuntikan pengobatan dapat diulangi secukupnya. Lebih dini pemakaian serum diselenggarakan sesudah timbul gejala-gejala sakit, lebih besar kemungkinan untuk diperoleh hasil yang baik.
Hewan tersangka sakit atau yang sekandang/segerombolan dengan hewan sakit, diberi suntikan pencegahan dengan antiserum. Kekebalan pasif timbul seketika, akan tetapi berlangsung tidak lebih lama dari 2 minggu.
Pemberian antiserum untuk tujuan pengobatan dapat dikombinasikan dengan pemberian antibiotik. Jika antiserum tidak tersedia, dapat dicoba dengan obat-obatan tersebut di bawah ini.
Anthraks stadium awal pada kuda dan sapi diobati dengan procain penicillin G dilarutkan dalam air suling steril dengan dosis untuk hewan besar 6.000-20.000 IU/kg berat badan, IM tiap hari. Hewan kecil : 20.000-40.000 IU/kg berat badan, IM tiap hari.
Streptomycin sebanyak 10 gram (untuk hewan besar seberat 400-600 kg) setiap hari yang diberikan dalam dua dosis secara intramuskuler dianggap lebih efektif dari penicillin. Akan tetapi lebih baik dipakai kombinasi penicillin - streptomycin. Selain penicillin dapat pula dipakai oxytetracycline. Untuk sapi dan kuda mula­-mula 2 gm IV atau IM, kemudian 1 gm tiap hari selama 3-4 hari atau sampai sembuh. Oxytertracyclin dapat diberikan dalam kombinasi dengan penicillin. Antibiotika lain yang dapat dipakai antara lain : chloramphanicol, erythromycin, atau sulfonamine (sulfamethazine, sulfanilamide, sulfapyridine, sulfathiazo), tetapi obat-obatan tersebut kurang ampuh dibandingkan dari penicillin atau tetracycline.

2. Pelaporan, Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan

a. Pencegahan
Perlakuan terhadap hewan yang dinyatakan berpenyakit anthraks dilarang keras untuk dipotong.
Bagi daerah bebas anthraks, tindakan pencegahan di dasarkan pada pengaturan yang ketat terhadap pemasukan hewan kedaerah tersebut.
Anthraks pada hewan ternak dapat dicegah dengan vaksinasi. Vaksinasi dilakukan pada semua hewan ternak di daerah enzootik anthraks setiap tahun sekali, disertai cara-cara pengawasan dan pengendalian yang ketat.
b. Pengendalian dan Pemberantasan
Disamping pengobatan dan pengebalan, perlu cara-cara pengendalian khusus untuk penahan penyakit dan mencegah perluasannya.
Tindakan-tindakan tersebut adalah sebagai berikut :
(1) Hewan-hewan yang, menderita anthraks harus diasingkan sedemikian rupa sehingga tidak dapat kontak dengan hewan-hewan lain
(2) Pengasingan tersebut sedapat mungkin dikandang atau ditempat dimana hewan tersebut didapati sakit. Didekat tempat itu digali lubang sedalam 2 -2,5 meter, untuk menampung sisa makanan dan feses dari kandang hewan yang sakit
(3) Setelah penderita mati, sembuh atau setelah lubang itu terisi sampai 60 cm, lubang itu di penuhi dengan tanah yang segar
(4) Dilarang menyembelih hewan-hewan yang sakit
(5) Hewan-hewan tersangka tidak boleh meninggalkan halaman dimana ia berdiam sedangkan hewan-hewan yang lain tidak boleh dibawa ketempat itu
(6) Jika diantara hewan-hewan yang tersangka tersebut timbul gejala-gejala penyakit, maka hewan-hewan yang sakit tersebut diasingkan menurut cara seperti ditentukan dalam a
(7) Jika diantara hewan-hewan yang tersangka dalam waktu 14 hari tidak ada yang sakit, hewan-hewan tersebut dibebaskan kembali
(8) Di pintu-pintu yang menuju halaman, dimana hewan-hewan yang sakit atau tersangka sakit diasingkan dipasang papan bertuliskan "Penyakit Hewan Menular Anthraks" disertai nama penyakit yang dimengerti didaerah itu
(9) Bangkai hewan yang mati karena anthraks harus segera dibinasakan dengan dibakar habis atau dikubur dalam-dalam
(10) Setelah penderita mati atau sembuh, kandang dan semua perlengkapan yang tercemar harus dihapus hamakan
(11) Kandang dari bambu atau alang-alang dan semua alat-alat yang tidak dapat diidentifikasi, harus dibakar
(12) Dalam satu daerah, penyakit dianggap telah berlalu setelah lewat masa 14 hari sejak matinya atau sembuhnya penderita terakhir
(13) Untuk mencegah perluasan penyakit melalui serangga, dipakai obat-obat pembunuh serangga
(14) Hewan yang mati karena anthraks dicegah agar tidak dimakan oleh hewan pemakan bangkai
(15) Tindakan sanitasi umum terhadap manusia yang kontak dengan hewan penderita penyakit dan untuk mencegah perluasan penyakit.
c. Pelaporan
Laporan kejadian penyakit anthraks berisi informasi selengkap mungkin, disampaikan kepada Kepala Dinas Peternakan dan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, yang dilengkapi dengan pengisian formulir yang telah ditentukan, seperti:
(1) Laporan Dinas Peternakan atau Dinas yang berwenang ke Pemerintah Daerah, dan ke Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan Deptan RI, mengenai terdapatnya kejadian anthraks
(2) Mengirim bahan-bahan pemeriksaan penyakit ke laboratorium yang berwenang untuk peneguhan adanya penyakit
(3) Pernyataan tentang terdapatnya/bebasnya suatu daerah terhadap Anthraks oleh Kepala Pemerintah Daerah setelah adanya peneguhan teknis

Jenis dan Merk Obat ternak

Obat cacing


ALBEN-125 ®
Antelmintik Spektrum Luas Rasa Jeruk
Uraian
ALBEN-125® adalah obat cacing dalam kelompok Benzimidazole yang sangat ampuh untuk mengatasi infestasi cacing pada ternak dari stadium larva hingga dewasa.
Indikasi
ALBEN-125® diindikasikan untuk pengobatan infestasi cacing gelang (nematoda, termasuk cacing paru), cacing pita (cestoda) dan cacing hati (Fasciola spp.,/Distomatosis, dalam kelompok cacing trematoda) pada ternak sapi, kerbau, kambing, domba, babi dan unggas.
Dosis dan Cara Pemakaian
Sapi, kerbau            : 2 ml ALBEN-125® per 25 kg berat badan
Domba, kambing   : 1 ml ALBEN-125® per 15 kg berat badan
Babi                          : 1 ml ALBEN-125® per 25 kg berat badan
Unggas                    : 1 ml ALBEN-125® per 1-2 liter air minum atau
                                  : 1 ml ALBEN-125® per 5 kg berat badan
Kontra Indikasi
Tidak dianjurkan diberikan pada ternak bunting kurang dari 45 hari.
V. Dosis dan Cara Pemakaian
ALBEN-125®         : 100 ml, 1 liter

ALBENDARA®
Broad Spectrum Anthelmintic
I. Indikasi
ALBENDARA® merupakan obat cacing spektrum luas untuk pencegahan dan pengobatan cacing pada sapi dara baik perah maupun potong, seperti:
·                     Cacing saluran pencernaan  : Bunostomum, Trychostrongylus spp., Cooperia, Chabertia, Strongyloides, Nematodirus, Oesophagostomum, Haemonchus dan Ostertagia.
·                     Cacing paru-paru                      : Dictyocaulus viviparus dan D. filaria.
·                     Cacing pita                                  : Moniezia spp.
·                     Cacing hati                                  : Fasciola hepatica.
Dosis dan Pemakaian
1 Bolus ALBENDARA per 150 kg berat badan.
Pengobatan cacing hati            : 1 Bolus ALBENDARA per 125 kg berat badan.
Perhatian
Hati-hati pemakaian pada ternak pada masa awal kebuntingan.
Waktu henti obat
Karkas : 10 hari
Kemasan
Botol isi 20 Bolus.

Anti Stress

ANTI-HEATSTRESS®

Mengatasi Heat Stress dan Sudden Death Syndrome
            I. Indikasi
·                     Mengatasi heat stress pada unggas dan mengurangi angka kematian mendadak akibat heat stress (Sudden Death Syndrome).
·                     Mengembalikan cairan elektrolit yang hilang akibat cuaca panas, kepadatan tinggi, selama transportasi, pindah kandang, potong paruh, vaksinasi, pergantian pakan dan cekaman perlakuan lain.
·                     Memperbaiki keseimbangan cairan tubuh, mencegah terjadinya dehidrasi dan defisiensi vitamin.
·                     Menjaga stamina tubuh dan meningkatkan nafsu makan.
·                     Mempertahankan produktivitas yang optimal.
            II.Dosis dan Cara Pemakaian
1 g ANTI-HEATSTRESS ® per 1 - 2 liter air minum.
Berikan selama 3 - 5 hari berturut-turut.
            III. Kemasan
Tersedia dalam kemasan 100 g, 250 g, 5 kg, 25 kg, 50 kg.

Antiseptik

ANTISEP Medion
Bentuk sediaan larutan Komposisi Iodium 5%, Kalium iodide 10 % Dapar B secukupnya
·         Indikasi Unggas: Cacar, luka dan infeksi kulit dan membasmi kuman penyakit yang mudah menyebar di kandang; Sapi: Membilas ambing sebelum diperah dan pencelupan ambing sesudah diperah
·         Dosis dan Cara Pemakaian Unggas: Dioleskan pada pengobatan cacar, luka dan infeksi kulit lain. 1 sendok teh (3 ml) tiap 2 liter air minum untuk mencegah: Korisa pada peralihan musim. Penularan penyakit ke ayam yang sehat dalam satu kandang. Membunuh kuman-kuman yang dapat menyebabkan ND (tetelo), korisa, kolera, typhoid, pullorum dan koksidiosis; Sapi: 10 ml tiap 100 ml air untuk membilas ambing sebelum diperah. 25 ml tiap 100 ml air untuk pencelupan puting ambing selama 1 menit setelah pemerahan
·         Kemasan Botol isi 60 ml, 120 ml dan 1 liter, Jeriken 5 liter, 20 liter dan 60 liter Deptan RI No. D. 0206153 PTC.1. Obat bebas terbatas.

BIOCID Pfizer Inc., Thailand/Indovetraco Makmur Abadi
Bentuk sediaan cairan Komposisi setiap ml mengandung Iodum 30 mg
·         Indikasi Desinfektan
·          Dosis dan Cara Pemakaian Mendesinfeksi dan membersihkan tangan, ambing sebelum diperah, bagian yang akan dioperasi dan luka terbuka, pengenceran 1:300. Mendesinfeksi dan  membersihkan bangunan, instalasi, kendaraan, semua peralatan dan tempat susu, tempat mencuci kaki peternakan dan penetasan, pengenceran 1:400. Mendesinfeksi dan membersihkan mesin tetas dan peralatannya, kandang tempat minum, makanan dan peralatan lainnya, rumah potong hewan dan tempat pemerahan, pengenceran 1:600. Mendesinfeksi hijauan makanan ternak, pengenceran 1:1500 sterilisasi air minum ternak pengenceran 1:2500
·         Kemasan botol plastik 100 ml, 2 liter, dirigen 20 liter Deptan RI No. I . 9810312 PTC.1. Obat bebas terbatas.

DESTAN® Sanbe Farma
Benzalkonium chloride (Alkyl dimethyl benzyl ammonium chloride) 10%
·         Indikasi desinfektan dan antiseptik
·         Dosis dan Cara Pemakaian 60 ml/10 liter, desinfeksi kandang area 40-50 m2, tempat pakan dan minum, mesin tetas, sepatu kandang 5 ml/10 liter, desinfeksi air minum (unggas). 3 ml/10 liter, air minum (babi). 2 ml/10 liter, air minum (sapi, kambing dan kuda). 10 ml/liter, alat-alat operasi 2 ml/liter, dipping puting (± 30 detik)
·         Kemasan 100 ml, 1 liter dan 20 liter Deptan RI No. D. 0403939 PTC.3. Obat bebas terbatas

FORMADES Medion
Setiap liter mengandung Formalin 240g, Glutaraldehyde 40g, Benzalkonium chloride 30g, dan bahan pembantu sampai 1liter
·         Indikasi Desinfektan Dosis dan Cara Pemakaian 10ml tiap 2,5 liter air, disemprotkan ke seluruh bagian kandang (1:250). Bila ada wabah, berikan dengan pengenceran 10ml/liter air (1:100). 2 liter larutan yg telah diencerkan, cukup untuk menyemprot kandang seluas 100m2
·         Kemasan Botol isi 100ml dan 1 liter, Jeriken 5liter, 20liter dan 60liter Deptan RI No.D. 99091396 PTC.1.Obat bebas terbatas.

FUMISID® Sanbe Farma
Tiap ml mengandung Thymol 25,8mg, Formaldehyde 277,8mg, Benzalkonium chloride 20mg, Ethanol, Methanol, Isopropanol, Aqua DM q.s 1 ml
·         Indikasi desinfeksi kandang area 4-5 m2 dan lingkungan, peralatan peternakan, alat-alat transportasi dan ruang penetasan
·         Dosis dan Cara Pemakaian 10 ml/liter, kandang dan peralatan peternakan. 20ml/liter, mencegah menularnya penyakit 5 ml/liter, ruang penetasan
·         Kemasan 100ml, 1 liter dan 20liter Deptan RI No.D.01071348 PTC.2.Obat bebas terbatas.

3.      AMOXYCILLIN WSP 15% Dopharma – Netherland/ Surya Hidup Satwa Bentuk sediaan Serbuk Komposisi Amoxycillin trihydrate Indikasi Antibakteri Dosis dan Cara Pemakaian Lewat air minum Kemasan 100 gram, 1 kg Deptan RI No. I. 0112660 PKS. Obat keras

4.      AMPHIMIX Kalbe Farma,Tbk Bentuk sediaan Serbuk Komposisi Ampisilin trihidrat dan Eritromisin etilsuksinat Indikasi Pengobatan infeksi akibat E. coli, Mycoplasma dan bakteri gram negatif dengan cepat dan kuat. Dosis dan Cara Pemakaian Unggas 10 gr/15-20 kg atau 2,5 gr/lt air minum, Anak babi 7,5 gr/hari, Babi dewasa dan sapi (<6bulan) 17,5 gr/hari Kemasan Fiber drum 5 kg @ 250 gr Deptan RI No. D. 97011270 PKS.1. Obat bebas terbatas  

5.      AMPICOL Medion Bentuk Sediaan Serbuk Komposisi Setiap kg mengandung Ampicillin 100 g, Colistin sulfate 250.000.000 IU Indikasi Colibacillosis, Kolera, Infeksi sekunder oleh bakteri pada kasus Gumboro Dosis dan Cara Pemakaian 1 g/2 liter air minum, diberikan selama 5 hari berturut-turut.Hentikan pemakaian obat 3 hari sebelum unggas dipotong untuk dikonsumsi Kemasan Sachet aluminium isi 5g, 10g, Gelas isi 100g. Wadah plastik isi 500g, 1 kg. Tin isi 5 kg, 10 kg. Ember isi 15 kg. Drum isi 20kg, 50kg Deptan RI No. D. 02071752 PKS.1. Obat keras

6.      AMPIVET-24 Vetindo Citrapersada Bentuk Sediaan serbuk Komposisi setiap kg mengandung Ampisillin 240 g Indikasi Infectious Coryza (Snot), Fowl Cholera (Kolera Ayam), Fowl Typhoid (Tipus Ayam), Pullorum (Berak Kapur), Radang Usus dan Diare (E.Coli/Clostridium), Collibacillosis, infeksi oleh kuman Streptococcus dan  Staphylococcus, infeksi sekunder pada penyakit virus, infeksi umum lainnya Dosis dan Cara Pemakaian 0,5 g/liter air minum selama 5 hari berturut-turut Kemasan 100g, 1 kg Deptan RI No. D. 98071463 PKS.1. Obat keras.

7.      COLIBACT® Bolus Sanbe Farma Bentuk sediaan Bolus Komposisi Tiap bolus mengandung Sulfadiazine 1.000 mg, Trimethoprim 200 mg IndikasiMelindungi uterus dari infeksi bakteri setelah sapi, kambing, domba dan babi melahirkan. Dosis dan Cara Pemakaian Sapi dan kuda 2-4 bolus. Kambing, domba dan babi 1-2 bolus. Non-ruminansia dan preruminant (pedet/batilan) 1 bolus per 40 kg BB KemasanDus isi 6 strip @ 2 bolus Deptan RI No. D. 99061548 PKM.1. Obat keras.

8.      COLIBACT® Injeksi Sanbe Farma Bentuk sediaan Cairan injeksi Komposisi Tiap ml mengandung Sulfadiazine 200 mg, Trimethoprim 40 mg Indikasi Mengobati infeksi terhadap saluran pernafasan, infeksi saluran pencernaan, infeksi saluran kemih, infeksi sekunder pada penyakit viral, septicemia, radang persendian, foot rot, mastitis, MMA syndrome. Peringatan Pemotongan dapat dilakukan 3 hari setelah pemberian obat dihentikan Dosis dan Cara Pemakaian Sapi, kuda, kerbau 6,25 – 12,5 ml / 100-200 kg BB. Anak sapi, anak kuda, anak kerbau, domba, kambing 2,5 – 5,0 ml / 40-80 kg BB. Unggas BB 1-2 kg, encerkan 1 ml dengan 15 ml aquades, ambil 1-2 ml dan suntikkan im. Kemasan 20 ml, 50 ml, 100 ml. Deptan RI No. D 9903345 PKC. Obat keras

9.      DAIMETON SODIUM Daiichi Lab - Japan /Surya Hidup Satwa Bentuk sediaan Serbuk Komposisi Sulfamonomethoxine 100 % Indikasi Antibakteri Dosis dan Cara Pemakaian Kemasan 500 gr, 50 kg Deptan RI No. I. 0009192 PKS.2. Obat keras

10.  DUOCYCLINE – LA Univet / Romindo Primavetcom Bentuk sediaan Cairan Komposisi Setiap ml mengandung 200 mg Oxytetracycline Dihydrate Indikasi Untuk pengobatan pada sapi, domba/kambing,babi terhadap infeksi oleh bakteri gram positif maupun gram negatif dan beberapa spesies protozoa, Mycoplasma, Chlamydia dan Rickettsiae. Dosis dan cara pemberian 1 ml per 10 kg berat badan. Dosis maksimum yang dianjurkan pada satu tempat penyuntikan pada sapi 20 ml, domba/kambing 5 ml, babi 10 ml. Pada babi dengan berat kurang dari 10 kg dapat diberikan suntikan 1 ml Duocycline – LA. Diberikan  dengan cara suntikan intra muskuler yang dalam dengan membagi dosis yang diberikan pada beberapa tempat. tidak dianjurkan pada hewan yang sensitive. Jangan melarutkan atau mencampur dengan produk-produk lain. Kemasan Botol @ 100 ml. Deptan RI No. I 98101528 PKC.1. Obat keras

11.  DUPHAPEN LA Fort Dodge Animal Health, Holland/Paeco Agung /Spain Bentuk Sediaan cairan Komposisi Tiap ml mengandung Procaine penicillin 150.000 IU (150 mg), Benzathine penicillin 150.000 IU (112,5 mg) Indikasi pengobatan infeksi sistemik yang disebabkan oleh mikroorganisme yang sensitif terhadap penicillin. Setelah diberikan melalui suntikan intramuskuler, procaine penicillin akan berada dalam darah pada kadar terapeutik selama 24 jam. Sedangkan untuk benzathine penicillin diabsorbsi secara perlahan – lahan dalam cairan jaringan dan akan berada dalam darah selama 3–4 hari. Duphapen LA juga digunakan pada kondisi profilaxis setelah operasi, setelah melahirkan dan untuk pengobatan infeksi lokal yang disebabkan oleh mikro organisme yang peka terhadap penicillin Kontra Indikasi Susu tidak boleh dikonsumsi selama pengobatan dan 3 hari setelah pengobatan terakhir. Hewan tidak boleh disembelih untuk konsumsi manusia selama pengobatan dan 21 hari setelah pengobatan terakhir. Jangan diberikan pada hewan yang hipersensitif terhadap penicillin. Jangan diberikan secara intravena Dosis dan Cara Pemakaian Diberikan melalui suntikan intramuskuler yang dalam dengan dosis 2 ml/50 kg BB (untuk hewan besar) dan 1 ml/10 kg BB (untuk hewan kecil) Kemasan botol isi 100 ml Deptan RI No. I. 99121692 PKC.1. Obat Keras.

12.  GENTAMIN Medion Bentuk Sediaan Cair Komposisi Setiap ml mengandung Gentamycin sulfate 50 mg dan Bahan pembantu sampai 1 ml Indikasi CRD, Korisa, Omphalitis Dosis dan Cara Pemakaian Campur 2ml Gentamin dengan 50 ml Injeksi Vitamin B Kompleks atau Aquadestilata steril. Bila perlu, pengobatan dilakukan selama 3 hari berturut-turut Penyuntikan dapat diulang setelah 12 jam. Hentikan pemakaian obat 10 hari sebelum unggas dipotong untuk dikonsumsi Kemasan Botol 20ml, 50ml dan 100ml Deptan RI No. D..95121881PKCObat keras.

13.  KALOXY-VET Kalbe Farma,Tbk Bentuk sediaan Larutan injeksi Komposisi Oksitetrasiklin dan Lidokain hidroklorida Indikasi Pengobatan infeksi akibat bakteri gram positif dan negatif Dosis dan Cara Pemakaian Disuntikan secara IM atau SC. Unggas 0,5-1 ml tergantung umur Babi/domba/kambing/sapi/kerbau/kuda Berat sampai 10 kg 0,5-2 ml Berat 10-50 kg 2-4 ml Berat 50-100 kg 4-8 ml Berat 100-250 kg 8-12 ml Berat 250-500 kg 15-30 ml Anjing ras kecil 0,5-2,5 ml ras sedang 3-6 ml ras besar 4-10 ml Kucing anakan 0,25 ml dewasa 0,25-1 ml Kemasan Kotak isi 12 vial @ 50 ml Deptan RI No. D. 0502017 PKC.2. Obat keras.

14.  MASTILAK® Sanbe Farma Bentuk sediaan Cairan Komposisi Tiap syringe  mengandung Procaine penicillin G 250.000 IU, Dihydrostreptomycin 225 mg.0 Indikasi Mengobati mastitis periode laktasi pada sapi, kambing dan domba. Air susu dikonsumsi 3 hari setelah pemberian obat dihentikan. Dosis dan Cara Pemakaian Sapi: 1 syringe per kuartir. Kambing dan domba ½ syringe per kuartir.0 Kemasan Dus isi 6 syringe @  5 ml. Deptan RI No. D 0012778 PKC. Obat keras.

15.  MEDOXY Medion Bentuk Sediaan Serbuk untuk injeksi Komposisi Setiap vial mengandung Oxytetracycline HCl setara base 1 g dan Lidocaine HCl 0,2 % Indikasi Unggas; CRD, Korisa, Kolera dan Infeksi bakteri Gram (-) dan Gram (+) yang resisten terhadap Penicillin, Hewan besar (sapi, kuda, kerbau, domba, kambing dan babi), Pneumonia, Septicemia epizootica, Leptospirosis, Anthrax, Foot rot, Bacterial enteritis, Metritis, Mastitis, Calf scours, Anaplasmosis, Erysipelas, Scours pada anak babi, infeksi karena luka. Hewan kecil (anjing, kucing). Distemper complex, infeksi saluran pencernaan dan pernafasan, Leptospirosis dan infeksi karena luka Dosis dan Cara Pemakaian lihat brosur . Hentikan pemakaian obat pada 5 hari sebelum ternak dipotong untuk dikonsumsi. Kemasan Vial isi 1 gram, 2 gram dan 10 gram Deptan RI No. D. 0207450 PKC.1. Obat keras.

16.  MEDOXY L Medion Bentuk Sediaan Larutan steril untuk injeksi Komposisi Setiap ml mengandung Oxytetracycline 50 mg, Lidocaine HCl 2 % b/v Indikasi Unggas CRD, Korisa, Kolera, Infeksi bakteri Gram (-) dan Gram (+) yang resisten terhadap penicillin. Hewan besar (sapi, kuda, kerbau, domba, kambing dan babi) Pneumonia, Septicemia epizootica, Leptospirosis, Anthrax, Foot rot, Bacterial enteritis, Metritis, Mastitis, Calf scours, Anaplasmosis, Erysipelas (Diamond skin disease), Scours pada anak babi, infeksi karena luka dan sebagainya, Hewan kecil (anjing, kucing) Distemper complex, infeksi saluran pencernaan dan pernapasan, Leptospirosis dan infeksi karena luka. Dosis dan Cara Pemakaian disuntikkan secara im atau sc. Kemasan Botol isi 20 ml, 50 ml, 100 ml Deptan RI No. D 0207450 PKC.1. Obat keras.

17.  MEDOXY LA Medion Bentuk Sediaan Larutan steril untuk injeksi Komposisi Setiap ml mengandung Oxytetracycline base 200 mg dan Bahan pembantu sampai 1 ml. Indikasi Unggas CRD, korisa, kolera, Infeksi bakteri gram (-) dan gram (+) yang resisten terhadap Penicillin. Ruminansia (sapi, kerbau, kambing, dan domba) Mastitis; enteritis bakterial; pneumonia; radang sendi, pusar dan kaki. Babi Leptospirosis, erysipelas, scours (mencret), enteritis bakterial dan pneumonia. Dosis dan Cara Pemakaian lihat brosur. Kemasan Botol isi 10 ml, 20 ml, 50 ml dan 100 ml Deptan RI No. D. 0011600 PKC. Obat keras.

18.  NEO MASTITAR Intervet Intl. B.V. Belanda/Intervet Indonesia Bentuk sediaan Cairan infus Komposisi Setiap ml mengandung Procaine Penicillin 500 mg (500.000 IU), 300 mg Neomycin base (as sulphate) Indikasi Antibakteri yang peka terhadap Penicillin untuk pengobatan mastitis pada sapi selama masa kering kandang Dosis dan Cara Pemakaian Pemberian saat masa kering kandang, tiap siring untuk satu kuartir Kemasan satu karton berisi 6x20, siring 8 ml Deptan RI No. I . 9807367 PKC.2. Obat keras.

19.  OXYTRAL Bernofarm/Lestari Agrisatwa Husada Bentuk Sediaan Cairan injeksi Komposisi Tiap ml mengandung Oxytetracyclin 50 mg, Lidocain 20 mg Indikasi Sapi SE, pneumonia, antraks, leptospirosis, metritis, mastitis, enteritis, foot rot,  ktinobasilosis, aktinomikosis Babi Enteritis pneumonia, erisipelosis, antraks, streptokokosis,  leptospirosis, metritis, septicemia epizootika Kuda Strangles, pneumonia, antraks, enteritis, infeksi pada saluran urinaria Domba, kambing SE, pneumonia, antraks, enteritis, infeksi bakteri pada system saluran urinaria Anjing, kucing Pneumonia, leptospirosis, enteritis, otitis Ayam CRD, Snot, kolera, sinusitis, sinovitis, enteritis Dosis dan Cara Pemakaian Melalui injeksi i.m selama 3 hari berturut-turut Hewan besar 1 ml/10 kg BB Hewan kecil 1ml/5kg BBkemasan 100 ml Deptan RI No. D.02042192 PKC.1.Obat keras

20.  OXYTRAL LA Bernofarm/Lestari Agrisatwa Husada Bentuk Sediaan Cairan Injeksi Komposisi Tiap ml mengandung Oxytetracyclin 200 mg Indikasi Sapi SE, pneumonia, antraks, leptospirosis, metritis, mastitis, enteritis, foot rot, aktinobasilosis, aktinomikosis Babi Enteritis pneumonia, erisipelosis, antraks, streptokokosis, leptospirosis, metritis, septicemia epizootika Kuda Strangles, pneumonia, antraks, enteritis, infeksi pada saluran urinaria Domba, kambing SE, pneumonia, antraks, enteritis, infeksi bakteri pada system saluran urinaria Ayam CRD, Snot, kolera, sinusitis, sinovitis, enteritis Dosis dan Cara Pemakaian Dosis tunggal melalui injeksi Intra Muskuler yang dalam Hewan besar 1 ml per 10 kg BB Ayam 0,1 ml per kg BB Kemasan 100 ml Deptan RI NoD. 02042185 PKC. 1. Obat keras.

21.  PENSTREP 20/20 Farvet Lab., Belanda/Agro Makmur Sentosa Bentuk sediaan cairan injeksi. Komposisi tiap ml mengandung procaine penicillin G 200.000 IU, dihydrostreptomycine sulphate 250 mg Indikasi infeksi saluran pernafasan, uterus dan pencernaan, metritis, mastitis, osteomyelitis, peritonitis, septikemia, sistitis, joint-ill dan infeksi bakteri sekunder, pada kuda, sapi, babi, anak kuda, sapi, kambing, dan domba. Dosis dan Cara Pemberian suntikan im, dosis umum 1 ml/25 kg BB selama 3-4 hari, sapi dan kuda 10 – 20 ml, badi, pedet dan anak kuda 3 – 8 ml, kambing dan domba 3–5 ml. Kemasan 100 ml Deptan RI No. I. 05021686 PKC.2. Obat keras.

22.  STREPTOMYCIN SULFATE Katraco Santika, Semarang Bentuk sediaan Powder Komposisi Streptomycine sulfate Indikasi Mencegah infkesi coryza, mencegah  pneumonia, pharyngitis, laryngitis, endocarditis, septicaemia, mastitis, endometritis pada sapi, babi, anjing, kucing. Dosis dan Cara Pemakaian Larutkan isi botol dengan aquadest steril sehingga menjadi 500 ml. Disuntik ke dalam urat daging dengan dosis, sbb Hewan besar, domba, kambing, babi. 10 mg/kg bb, anjing 25-40 mg/kg bb, kucing 15-20 mg/kg bb, ayam.itik 150 mg/kg bb Kemasan 100 g dalam botol Deptan RI No. D. 98110982 PKS. Obat keras.

23.  SUANOVIL Romindo Primavetcom Bentuk sediaan Serbuk Komposisi Tiap 100 g mengandung Spiramycn Adipate 20gr Indikasi Antibakteri Dosis dan cara pemakaian untuk flushing 1 gr dilarutkan dalam 1 liter air minum diberikan selama 3 hari berturut-turut, untuk pengobatan 2 gr dilarutkan dalam 1 liter air minum diberikan selama 3 hari berturutturut. Kemasan 100 gr, 1 kg Deptan RI No. D. 9806428 PKS2 Obat keras.

24.  SUPER MASTIKORT Intervet Intl. B.V. Belanda/ Intervet Indonesia Bentuk  sediaan Cairan infus Komposisi Setiap siring mengandung Procaine penicillin 500 mg (500.000 IU), 300 mg Neomycin base (as Sulphate) Indikasi Pengobatan mastitis pada sapi pada masa laktasi Dosis dan Cara Pemakaian Pemberian dilakukan setelah pemerahan dan puting dibersihkan dengan seksama, tiap siring untuk satu kuartir Kemasan Kotak karton berisi 4 siring 6 ml Deptan RI No. I . 9807329 PKC.2. Obat  keras

25.  TERRALENT 20% LA Virbac S.A./Kalbe Farma,Tbk Bentuk sediaan Larutan  injeksi Komposisi Oksitetrasiklin Indikasi Pencegahan dan pengobatan infeksi bakteri gram positif dan negatif pada sapi, kerbau, kambing, domba dan babi Dosis dan Cara Pemakaian 1 ml /10 kg bb diberikan secara IM atau SC Kemasan Botol 100 ml Deptan RI No. I. 98061410 PKC.1. Obat keras

26.  TERRAMYCIN* LA INJECTABLE SOLUTION Pfizer Indonesia Bentuk Sediaan Cair injeksi Komposisi Mengandung oksitetrasiklin Indikasi Anti bakteri yang peka terhadap oksitetrasiklin pada sapi, babi, domba, kambing, rusa, dan unggas Dosis dan Cara Pemakaian Intra-muskular (sapi, domba, kambing, dan rusa) 1 ml/ 10 kg berat badan atau 20 mg/kg berat badan, sc (anak babi) berat badan < 10 kg., Subkutan( kelinci dan unggas) 0,25 ml/ kg berat badan atau 50 mg/ kg BB. Pemakaian secara intra-muskular dan sub-kutan , dan waktu henti obat- untuk daging 14 hari - untuk susu 7 hari Kemasan Botol 10 ml dan 100ml Deptan RI No D. 0104084 PKC.2 Obat keras.

27.  TERROXYVET Duta Kaisar Pharmacy Bentuk Sediaan Cairan ( Larutan ) Injeksi Komposisi Setiap 1 ml mengandung Oksitetrasiklin HCl 50 mg Indikasi Untuk pengobatan infeksi bronchopulmonary (bronchitis, bronchopneumonia, pleuritis); gastrointestinal (calf diphteria, enteritis, gastritis); mammary (parenchymal mastitis akut, mastitis, septic); urinary (pyelonephritis, infeksi septic pada urinary, apparatus); infeksi kaki (polyarthritis, necrotizing gangrenous, busuk kaki); infeksi phlegmons, septic wounds, purelent, post traumatic, dan sesudah operasi waktu henti obat 7 hari Dosis dan Cara Pemakaian Hewan besar (sapi, kuda, babi) infeksi berat 2 ml/10 kg BB, infeksi ringan1 ml/10 kg BB; hewan sedang (anjing, domba, kucing)1 ml/5 kg BB; ayam 2 ml. Injeksikan secara IM Kemasan Botol 20 ml, 50 ml dan 100 ml Deptan RI No. D. 02081195 PKC Obat Keras.

28.  TINKANIUM Fort Dodge Vet. S.A, Spain/Paeco Agung Bentuk Cairan Komposisi Tiap ml mengandungTrimethroprim 50 mg, Sulphamethazine 250 mg Indikasi efektif untuk bakteri gram positif dan gram negatif. efektif mengobati infeksi saluran pernafasan (rhinitis, pneumonia, bronchitis), infeksi saluran kencing dan reproduksi (cystitis, vaginitis, urethritis, nephritis dan metritis), infeksi saluran pencernakan (diare, salmonellosis), infeksi lain seperti mastitis pada sapi serta infeksi pada mata, telinga dan mulut pada kuda, sapi, babi, domba/kambing. Ayam efektif mengatasi CRD, Coryza, Cholera, Colibasilosis dan coccidiosis. Hentikan pengobatan 7 hari (sapi, babi) dan 14 hari (unggas, domba/ kambing) sebelum disembelih. Air susu tidak boleh dikonsumsi selama pengobatan dan 2 hari setelah pengobatan terakhir. Telur tidak boleh dikonsumsi selama pengobatan dan 8 hari setelah pengobatan terakhir Dosis dan Cara Pemakaian kuda, sapi, babi dan domba/kambing melalui intramuskuler, intraperitonium atau intravena secara perlahan-lahan dengan dosis 0,05 ml/kg BB. dapat diulang 24 jam kemudian jika perlu. Unggas melalui air minum dengan dosis 0,5 ml/liter air minum Kemasan botol berisi 100 ml, 250 ml, 1000 ml Deptan RI No. I. 9810337 PKC.1. Obat Keras.

29.  VET STREP Medion Bentuk Sediaan Serbuk untuk injeksi Komposisi Setiap gram mengandung 50 % streptomycin dan 50 % dihydrostreptomycin, keduanya sebagai base Indikasi CRD dan korisa Dosis dan Cara Pemakaian Cara melarutkan Aquadest atau larutan injeksi B Kompleks digunakan sebagai pelarut, kemudian dikocok sampai larut semua sehingga diperoleh larutan obat yang mengandung Streptomycin base 125 mg/ ml dan Dihydrostreptomycin base 125 mg/ ml. Ayam disuntikkan sehari 1 x dengan dosis di bawah ini. Penyuntikan pada bagian paha atau dada secara intramuskuler. Jika belum sembuh, penyuntikan dapat diulang maksimal selama 5 hari berturutturut. Hentikan pemakaian obat 3 hari sebelum unggas dipotong untuk dikonsumsi Kemasan Vial isi 1g, 5g, 12,5g, 25 g, 50g, 125g dan 250g Deptan RI No. D 9906379 PKS.1 Obat keras.

30.  VET-OXY LA® Sanbe Farma Bentuk sediaan Cairan Komposisi Tiap ml mengandung Oxytetracycline 200 mg Indikasi Sapi, kerbau Pneumonia, arthritis, black leg, foot-rot, anaplasmosis, babesiosis, scours. Babi erysipelas, diare, leptospirosis, atrophic rhinitis. Domba, kambing diare dan infeksi bakteri lainnya. Unggas CCRD, fowl cholera, SNOT, collibacilosis. Dosis dan Cara Pemakaian Hewan Besar 1 ml/10 kg BB, im.Unggas 2,5 ml/ kg BB, im. Kemasan 20 ml, 50 ml, 100 ml. Deptan RI No. D 01092117 PKC.1.Obat keras.

31.  VET-OXY SB® Sanbe Farma Bentuk sediaan Cairan injeksi Komposisi Tiap ml mengandung Oxytetracycline 50 mg, Lidocaine 2% Indikasi Mengobati infeksi penyakit bakteri pernafasan dan pencernaan pada unggas, sapi, kerbau, kuda, domba, kambing, anjing dan kucing. Peringatan Pemotongan hewan dapat dilakukan 5 hari setelah pemberian obat dihentikan. Dosis dan Cara Pemakaian Unggas 0,5 – 1 ml. Sapi, kerbau, kuda ; 4-8 ml/50-100 kg BB, tiap kenaikan 50 kg dosis ditambah 4 ml dari dosis sebelumnya. Babi, domba, kambing 5 ml/ 50 kg BB tiap kenaikan 25 kg dosis ditambah 1 ml. Induk babi, domba, kambing 14 ml/100 kg BB. Anjing, kucing 0,5-2 ml/3-10 kg BB. Kemasan 20 ml, 50 ml, 100 ml. Deptan RI No. D. 0403946 PKC.3. Obat keras



ANGON.id

Apa Itu ANGON.id Angon.id Merupakan situs/aplikasi daring jenis marketplace yang dirancang untuk mempermudah proses berternak mulai dar...